Study enthusiastic novelty fully. Learn meaning to expose x'self you [at] this Wide [of] world Learn to remind, in fact unlikely you [of] soybean cake all answer. Learn to teach all important Iesson in life, that is humility to enquire.

Friday, June 30, 2006

Goblok Dan Bodoh di Kota Sorong

Kedua ucapan tersebut memiliki makna yang sama, keduanya sama-sama menunjukan keadaan intelektual seseorang. Namun tidak demikian halnya bagi orang Irian yang berada di Papua, terutama kota Sorong tempat Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan dilaksanakan. Tim Fasilitator yang merupakan ujung tombak P2KP di tingkat kelurahan harus mengerti dan memahami hal di atas agar tidak timbul persoalan. Seperti halnya kata kemiskinan yang bagi sebagian orang papua, terutama yang tinggal di perbukitan atau pergunungan menganggap kata tersebut tidak layak disebut. Begitu juga dengan kata bodoh, mereka akan marah dan mencoba mengelak, tetapi lain hal jika dibilang goblok, tolol dan yang mengandung arti sama dengan bodoh, mereka biasa saja dan menganggap sebagai guyonan.
Kejadian pernah di alami seorang relawan di sebuah RT untuk wilayah Klasaman, relawan tersebut bernama Marten. Pengalaman tersebut sebenarnya sudah lama terjadi alias sebelum Marten menjadi relawan P2KP. Pengalaman ia bagikan karena dalam penyampaian sosialisasi Fasilitator sering menyampaikan kalimat kebodohan dan keterblakangan. Menurut marten kebodohan itu jangan lagi disebutkan kalau sedang melaksanakan sosialisasi di perkampungan yang masih banyak suku aslinya. Masukan dari Marten sangat berharga karena menghindari ketersinggungan suku Irian pada saat sosialisasi. Bisa dibayangkan bagaiomana jalanya sosialisasi ditengah orang Irian yang marah dan jengkel karena dikatakan bodoh.
Banyak hal yang menjadi pertanyaan dalam pergaulan bermasyarakat di Irian Jaya terutama menyangkut kata-kata, karena suatu kata bisa biasa ditempat lain dan menjadi tidak biasa di sini. Melihat perbedaan sikap orang Irian dalam menyikapi kata-kata seperti kata bodoh, goblok dan tolol. Dalam benak kita tentu akan timbul pertanyaan apakah bedanya antara bodoh dan goblok atau tolol. Sehingga mereka menjadi hal biasa saja jika di bilang goblok dan tolol, dan tidak senang jika dibilang bodoh. Apakah dalam percakapan keseharian mereka jarang mendengar kata goblok dan tolol, berbeda dengan kata bodoh yang jarang juga disebutkan karena artinya kasar.
Menurut Marten kemarahan orang Irian jika disebut bodoh bermacam-macam salah satunya mereka akan berkata bahwa kami orang Irian memang bodoh (dengan nada marah), justru kami bodoh itulah kamu orang dikirim ke Irian untuk memperbaiki dan membuat kami menjadi pintar. Kata-kata itulah mereka ucapkan pertama jika mendengar mereka dibilang bodoh untuk sikap selanjutnya sangat bergantung kepada kita yang menjadi sasaran kemarahannya. Kalau kita balas dengan kata-kata lagi mereka akan mengambil minuman kemudian memanggil masyarakat (sebutan untuk orang Irian) untuk menghajar kita. Penyelesaian persoalan dengan masyarakat Irian sangat mudah cukup diamkan saja kemudian tinggalkan pergi selesai urusan.
Penyelesaian sangat sederhana dan sebenarnya bukan jalan keluar yang baik, tetapi jika orang Irian yang lagi marah sulit untuk diajak berkomunikasi. Untuk itu biasanya daripada mereka minum untuk menyelesaikan masalah dan memanggil masyarakat lebih baik tinggalkan saja. Persoalan yang ada akan selesai dengan sendiri jika orang Irian tersebut ditinggalkan. Sebenarnya hal tersebut bukan bentuk penyelesaian tetapi apabila dihadapi tentu akan menimbulkan persoalan yang baru lagi.
Pengalaman yang terjadi dan dialami oleh relawan tersebut menjadi sebuh pelajaran bagi fasilitaor yang akan berhubungan dengan masyarakat Irian. Sosialisasi akan berjalan dengan baik jika ada hal-hal yang mereka anggap kurang berkenan untuk tidak disebutkan lagi. Penyelesaian yang unik juga tidak mungkin dilaksanakan jika dalam suasana sosialisasi, fasilitaor pergi meninggalkan tempat. Bukan persoalan menjadi selesai tetapi fasilitator akan di kejar-kejar masyarkat sekampung. Bayangkan karena kata bodoh yang bisa diganti dengan goblok sosialisasi tidak bisa berjalan, ada-ada saja di Irian.
Kitorang Bukan Orang Miskin

Kemiskinan bukan perbendaharaan kata yang baik untuk orang Irian terutama untuk wilayah Sorong. Kemiskinan suatu hal yang tidak ingin orang alami, baik itu kemiskinan ilmu, harta, atau yang lainnya. Begitu halnya untuk orang Sorong, orang Sorong senang mendapatkan bantuan apa saja, baik bantuan uang, beras atau bahan-bahan bangunan. Walaupun mereka senang mendapatkan sejumlah bantuan tersebut, mereka tidak mau jika mereka disebut sebagai orang miskin. Mereka berharap jika bantuan datang karena pemerintah memiliki kekayaan dan bukan mereka miskin.
Kondisi di atas tentu menimbulkan penafsiran yang berbeda bagi setiap orang. Pertama karena dalam pemahaman umum bahwa bantuan tersebut jelas diperuntukan bagi orang yang memang miskin. Kedua bahwa pemerintah membantu agar mereka yang mendapatkan bantuan menjadi punya kesempatan untuk memanfaatkan bantuan dalam mendorong perkembangan selanjutnya. Artinya bantuan tersebut sewaktu-waktu akan diputus dan pada saat itu masyarakat yang mendapat bantuan harus sudah siap mandiri dengan memanfaatkan bantuan selama ini. Pemahaman bahwa bantuan tersbut memang berhak mereka terima karena anggapan Negara kaya dan seharusnya semua orang mendapatkan bantuan, adalah kekeliruan yang perlu diluruskan.
Keunikan memang miliknya orang Irian sepertinya, karena mereka bersedia menerima bantuan dari pemerintah walaupun jelas bantuan itu diperuntukan orang miskin, seperti raskin, biaya langsung tunai (BLT). Unik karena satu sisi mereka ingin tegar dan tidak bersedia menerima sebutan miskin, tetapi rebutan untuk dapat bantuan yang jelas diperuntukan orang miskin. Keengganan orang Irian untuk disebut sebagai orang miskin terbukti dengan marahnya seluruh orang jika ada yang menyebut ssalah satu diantara mereka miskin.
Dalam hal ini orang harus menjadi bijak dengan tidak mengulangi atau mencoba untuk menjadikan kemiskinan sebagai sebutan semata. Menyebutkan miskin dalam memberikan bantuan akan mengalami dua kemingkian. Kemungkinan pertama bantuan tersbut akan ditolak karena dianggap menghina, atau harus mengganti saat pembagian berlangsung, seperti raskin diganti dengan beras jatah. Kemungkinan kedua sebutan miskin boleh dengan catatan bantuan diberikan kepada semua orang yang hadir atau yang ada dalam wilayah tersbut. Artinya kalau mereka semua dapat bukan karena ada perbedaan dalam hal kondisi terutama dalam hal kemiskinan.
Suatu kondisi nyata yang harus dihadapi bangsa Indonesia dalam menyelenggarakan dan memberikan suatu kebijakan. Dengan pemahaman akan kondisi di lapangan bahwa Indonesia memiliki keragaman dalam segala hal. Pemahaman tersebut akan menjadi sebuah cara atau sistem dalam pelaksanaan agar tidak mengalami kendala di lapangan. Akhirnya kenyataan di atas menyadarkan semua pihak akan pentingnya semua pihak bahwa Indonesia bukan hanya luas dalam hal wilayah, teapi juga luas dalam pemahaman tentang suatu kata.

Sunday, June 11, 2006

BIBIT ITU ANEH
Aku pergi kesini dengan harapan besar dapat menanamkan bibt/benih harapan yang kelak dapat ditunai oleh siapapun, aku datang jauh dari negeri sana dibekali oleh kedua orang tuaku bibit yang katanya pilihan terbaik, meski aku sudah mengingatkan orang tuaku agar satu bibit yang agak berumur itu tidak usah dibawa, karena tidak akan tumbuh dan berkembang apalagi ditanah gersang negeri yang akan aku kunjungi, aku khawatir bibit itu justru akan merepotkan ku nantinya.
Namun karena ini pilihan orang tuaku, aku menurut saja, dan pesan orangtuaku sebelum berangkat, bibit itu akan sangat bergantung kepadamu nak…! Ya tidak 100% juga, kalau aku sudah menyirami, memelihara dan memberi tempat secara khusus lalu bibit itu tidak tumbuh juga, masa aku yang disalahkan, ya tidak mau aku (protesku dalam hati). Singkat cerita aku berangkat ke negeri seberang dengan bekal 2 bibit pemberian orang tuaku, sampai dinegeri yang dituju, aku hamparkan 2 bibit itu disebuah ladang yang subur yang dengan susah payah aku mendapatkan tanah subur itu, tiap hari aku amati dan kupelihara sebagaimana mestinya, agar bibit itu mau tumbuh dan terus tumbuh hingga menghasilkan sesuatu dinegeri ini.
Tiba-tiba kudengar obrolan 2 bibit itu dihamparan tanah subur itu.
Bibit yang pertama berkata, "Aku ingin tumbuhbesar. Aku ingin menjejakkan akarku dalam-dalam di tanah ini, dan menjulangkan tunas-tunasku di atas kerasnya tanahini. Aku ingin membentangkan semua tunasku, untuk menyampaikan salam musim semi. Aku ingin merasakan kehangatan matahari, dan kelembutan embun pagi di pucuk-pucuk daunku."Dan bibit itu tumbuh, makin menjulang.Bibit yang kedua bergumam. "Aku takut. Jika kutanamkan akarku ke dalam tanah ini, aku tak tahu, apa yang akan kutemui di bawah sana. Bukankah disana sangat gelap? Dan jika kuteroboskan tunasku keatas, bukankah nanti keindahantunas-tunasku akan hilang? Tunasku ini pasti akan terkoyak. Apa yang akan terjadi jika tunasku terbuka, dan siput-siput mencoba untuk memakannya? Dan pasti, jika aku tumbuh dan merekah, semua anak kecil akan berusaha untuk mencabutku dari tanah. Tidak, akan lebih baik jika aku menunggu sampai semuanya aman."Dan bibit itupun menunggu, dalam kesendirian.Beberapa pekan kemudian, seekor ayam mengais tanah itu, menemukan bibit yang kedua tadi, dan mencaploknya segera.Renungan:Memang, selalu saja ada pilihan dalam hidup. Selalu saja ada lakon-lakon yang harus kita jalani. Namun, seringkali kita berada dalam kepesimisan, kengerian, keraguan, dan kebimbangan-kebimbangan yang kita ciptakan sendiri. Kita kerap terbuai dengan alasan-alasan untuk tak mau melangkah, tak mau menatap hidup. Karena hidup adalah pilihan, maka, hadapilah itu dengan gagah. Dan karena hidup adalah pilihan, maka, pilihlah dengan bijak. Masih adakah bibit muda yang punya semangat….?